Tebaran racun di milis Gadtorade bener-bener membuat saya memikirkan Blackberry. Apakah saya sudah membutuhkan gadget yang satu ini? Atau, haruskah saya mencoba kekuatannya?
Saat ini saya masih setia menggunakan Pocket PC bermesin HTC BlueAngel. Sudah beberapa tahun menggunakannya, dan belum bisa berhenti atau berpaling ke lain gadget. Kelengkapannya dalam mendukung mobilitas saya sudah teruji sepenuhnya. Apalagi setelah di-upgrade ke Magneto.
Salah satu kelengkapan yang paling sering saya gunakan adalah segala yang terkoneksi dengan internet. Browser, messenger, atau email client. Walau masih mengusung teknologi 2,5 G, –beuh, padahal sekarang udah jaman 3,5G-, tetap saja device ini sudah berhasil membuat saya ‘autis’. Dari serunya chatting, sampai membaca ratusan email dari groups favorit. Anteng, walau -mungkin- ada badai datang… 😉
Kecintaan saya terhadap device ini agak tergoyahkan untuk selintas melirik teknologi lain yang mempromosikan kemudahan beremail. Blackberry. Sebenarnya saya sudah mengenal blackberry sejak awal teknologi ini mulai beredar di Indonesia. Seorang rekan memperkenalkan mesin blackberry, saat dia ditugaskan untuk mencoba layanan ini dengan salah satu provider di sini. Saat itu, alat yang dikembangkan oleh perusahaan Canada yang bernama Research In Motion (RIM), sama sekali tidak menggugah rasa penasaran saya. Walau dengan teknologi push emailnya itu sekalipun. Bentuk dan tampilan layarnya bisa menjadi salah satu penyebab. Kaku dan tidak menarik.
(more…)