Archive for July 2005

Harga Sebuah Kesehatan

July 30, 2005

Sudah seminggu lebih Ibunda tersayang harus dirawat di Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu.
3 hari pertama, hanya menjalani istirahat dirumah dengan pengobatan dokter di dekat rumah. Diagnosa awal adalah infeksi saluran kencing. Sang dokter mengatakan apabila dalam 3 hari tidak ada tanda-tanda membaik, sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih detail.
Dan benar saja, setelah 3 hari tidak juga menunjukkan kesembuhan, kami membawa Bunda ke RS terdekat.

Setelah diperiksa selama beberapa jam di UGD, diputuskan beliau harus menjalani rawat inap. 2 hari kemudian hasil lab baru keluar. Dan hasilnya adalah Bunda positif mengidap penyakit batu ginjal. Sebenarnya setelah menjalani rawat inap, hati ini sudah lumayan lega, karena dirasa sudah ditangani oleh dokter yang profesional. Namun setelah mendengar penyakit yang diderita, kembali rasa sedih datang lagi.

Pemecahannya adalah, batu ginjal tersebut harus dihancurkan. Cara pertama adalah dengan menggunakan laser dan dilakukan dari luar tubuh. Maka tanpa pikir panjang, kami segera memutuskan untuk mengikuti saran dokter.
Namun sayang, setelah hari yang telah ditentukan itu tiba, dan Bunda sudah dibawa ke RSCM untuk melakukan penghancuran batu ginjal, berita buruk kembali menyertai. Hasil rontgen, menampakkan batu ginjal sudah bergeser dari posisinya semula. Dan lebih menyesakkan lagi, batu tersebut terjepit tulang.
Sang Dokter pun tidak berani mengambil resiko menembakkan sinar laser dengan kondisi seperti itu. Dikhawatirkan, laser akan mengenai tulang, dan mengakibatkan ikut hancurnya tulang-tulang itu.

Setelah kembali ke RS Yadika, ada solusi lain yang dianjurkan Dokter. Yaitu dengan melakukan operasi kecil dan menembakkan laser dari dalam tubuh. Dan kami pun menyetujuinya.
Maka, diputuskanlah melakukan operasi tersebut pada hari Minggu, 31 Juli 2005.

Mudah-mudah operasi berjalan lancar dan Bunda bisa kembali bersama kami seperti sedia kala…
Amien..

Sabar

July 12, 2005

Duh, sekarang jadi tidak semangat dalam menjalankan roda-roda ini. Kebencian pada tindakan seseorang kini meluap kepermukaan.
Rasa hati ingin berteriak dan berteriak sekencang-kencangnya. Serasa ingin memekakan telinga semua orang dalam satu ruang yang sekarang menjadi tempat yang paling dibenci.
Mengapa ketidaksukaan terhadap sesuatu itu tidak disalurkan pada jalur yang benar. Perbedaan pemikiran itu khan wajar. Namanya juga manusia, yang beda kepala, beda otak, beda mata, dan beda telinga. Toh, semuanya sudah melalui diskusi yang dipikirkan dengan masak dan sesuai dengan prosedur dan birokrasi.

Tapi semua sudah terjadi, semua sudah terlepas, semua sudah mengalir. Tak terbendung, tak dapat dihentikan, apalagi untuk dibinasakan dari muka bumi ini. Hanya dapat mengelus dada dan berdoa mohon diberikan seribu kesabaran. Tangisan dan jeritan dalam hati ini pun sudah harus dibekap dan dibuang jauh-jauh.

Mungkin karena sifat tidak mau merasa terkalahkan, tidak ingin merasa tersudut, tidak ingin jadi bahan tertawaan, dan tidak ketinggalan pandangan egosentris yang luar biasa.
Pemahaman yang salah terhadap sesuatu sudah bias dengan pembenaran pribadi. Pembelajaran dari ruang waktu yang sudah pernah dilewati seakan punah tertelan keinginan untuk selalu menang dan terbang keatas singgasana yang tak pasti.

Kini ratapan dan kekecewaan itu hanya menjadi bentuk penyesalan dan kekonyolan dalam diri…
Dan… sumpah serapah kepada yang berhak menerimanya…

Spion Hancur

July 2, 2005

Pagi ini, ketika mentari bersinar dengan cerahnya, ketika musik-musik rock mengalun dari ponsel kesayangan, ketika jalan kota Jakarta yang ramah dan bebas dari kemacetan, terselip satu accident kecil yang menimpa si tigi.
Hari Sabtu ini mengunjungi Grapari Terlkomsel di Wisma Alia Jakarta Pusat dimana accident itu terjadi. Parkiran motor di basement gedung itu sebenarnya tidaklah ramai atau krodit layaknya mal-mal di Jakarta. Jarak renggang antar motor pun sebenarnya sangat terbilang longgar.
Namun memang apes nian hari itu. Sewaktu hendak bersiap-siap meneruskan perjalanan, ada yang terlupakan untuk dibuka yaitu kunci disk. Langsung saja beranjak dari motor untuk membuka kunci itu.
“PRAAAANG….!” ternyata anggapan bahwa standar samping masih menyangga adalah kesalahan besar. Standar samping itu sudah kembali ke tempat asalnya, sehingga tidak dapat menyangga seluruh badan motor. Tangan yang memang tidak dipersiapkan untuk menahan beban motor ini pun tidak kuat untuk menopang berat motor ini.
Tidak kurang dari handle rem harus bergeser dari tempat semula. Dan yang paling parah adalah kaca spion kiri yang terpecah menjadi bagian-bagian kecil. Tempatnya pun ikut terlepas dari besi penyangga.

Mudah-mudahan tambah hati-hati lagi lain waktu. Walau hanya ditempat parkir.