Lebih dari dua tahun saya menahan diri untuk tidak mencabut gigi geraham kiri. Padahal, sudah sejak itu pula, dokter gigi mem-vonis geraham ini segera dicabut. Istilahnya, gigi itu sudah mati dan tinggal sampahnya saja. Memang, geraham kiri saya sudah sejak lama patah bagian atasnya. Hanya akar saja yang tersisa. Permukaan pun nyaris tertutup gusi. Pantas bila disebut sampah.
Rupanya, kondisi geraham kiri membuat iri geraham kanan. Mungkin, melihat saudara kembarnya asik-asikan hidup tenang di bawah gusi, tanpa menjalankan tugas mengunyah makanan, membuat si geraham kanan membuat keputusan yang sama. Tahun lalu, geraham kanan mulai patah pada satu sisinya. Goyang inul setiap ada tekanan. Dan beberapa kali membuat tuannya merasa sakit tak tertahan. Puncaknya, bulan puasa silam, sakit gigi membuat kehidupan saya agak merana. Nyaris setiap detik saya harus menahan rasa nyeri. Benar-benar lebih nyeri dari sakit hati *spontan nyanyi dangdut*.
Dari situ, saya memantapkan diri untuk segera mencabut gigi geraham sialan ini. Sambil menunggu sembuh, saya mencari informasi tentang proses pencabutan gigi. Damn! selain kisah yang amat menakutkan, bumbu-bumbu dari teman yang tak bertanggung jawab membuat nyali saya ciut juga. Apalagi bila dikaitkan dengan jarum suntik. Eit, bukannya saya takut jarum suntik, lho.. Cuma, saya agak menghindari benda-benda tajam mendekati, apalagi masuk ke dalam tubuh saya. Sekecil apapun. Hehehe..
Selepas masa tersiksa, kondisi gigi berangsur pulih. Rasa sakit yang pernah datang seakan terlupakan. Niat untuk menghilangkan sumber sakit sudah tidak terlintas lagi. Untuk sementara, saya membiasakan hidup dengan gigi geraham kanan yang patah setengah, dan goyangan mautnya yang siap menusuk gusi dengan rasa perih suatu hari nanti.
Sampai akhirnya, datang niatan mulia itu. Senin kemarin, sambil ber-narsis diri di depan cermin, iseng saya perhatikan setiap sisi gigi geraham. Panik juga dengan kondisi patahan yang sudah semakin parah. Warna hitam di bawah patahan sudah mulai melebar. Hmm, harus ambil tindakan tegas. Cabut!
(more…)