Belakangan ini, suasana kantor membuat saya sering bertanya-tanya sendiri. Segalanya seperti berubah seratus delapan puluh derajat. Jungkir balik dari keadaan semula. Kadang mendekat, kemudian lari menjauh. Hilir mudik tak tentu arah. Entah sudah berapa minggu kondisi ini berlangsung. Yang jelas, saya mulai memikirkannya sejak seminggu yang lalu.
Tahun lalu, sebuah penerbit kartu kredit terkenal di negara Paman Sam bergabung. Dan sejak itu, saya memiliki dua orang bos. Bos pertama, lebih dari setahun telah setia ‘menyuruh’ saya. Sebut saja namanya Bences. Sebenarnya beliau ini berada dua level di atas saya. Karena orang yang satu level di atas saya mengundurkan diri, dia langsung ambil alih tampuk pimpinan. Bos kedua, datang dari penerbit kartu kredit yang baru bergabung. Dia ini memang diposisikan sebagai pengganti bos lama yang mengundurkan diri. Sebut saja namanya Ances.
Awalnya, saya senang dengan keberadaan si Ances. Dia terlihat fair dalam mengkoordinasikan bawahannya. Jalan pikirnya terlihat lebih panjang dari sebelumnya. Supel dan hampir humoris. Hampir. Sifatnya seperti kebalikan dengan si Bences. Bences ini orangnya pikun, paranoid, pelit, dan hampir tidak menghargai pendapat bawahan.
(more…)