Archive for July 2006

Saya Benci Wanita Cantik!

July 21, 2006

Sorot matanya tajam namun menyejukkan. Mengeluarkan tatapan yang membuat hati selalu tenang.
Senyum keluar dari bibir manis yang merekah seakan mendorong setiap raga untuk mendekat.
Hidung mancung dengan bentuk indahnya menyiratkan lembar kasih sayang yang tiada duanya.
Dagu manis sangat sempurna mengiringi setiap senyum yang keluar dari nurani.
Rambut lurus sebahu tergerai berkilau sangat terawat.

Kulit kuning langsat sehalus sutra pasti membuat diri ini tak bosan untuk bersentuh.
Tinggi semampai dan berat proposional membentuk tubuh sexy terbalut rapi pakaian yang sopan.
Jemarinya yang lentik, pasti akan memberi kehangatan siapapun yang menggenggamnya.
Betis indah akan membuat penasaran setiap lawan jenis yang memandang keduanya.

Gaya bicara elok dengan suara lemah lembutnya.
Topik menarik selalu membuat siapa pun tak akan bosan untuk terus berbincang dengannya.

Namun, sayang seribu sayang ketika menyadari saya hanya bisa membayang, memandang dan menyapa, tanpa bisa sedikit pun menjamahnya. Terus terang, saya benci wanita cantik itu!

Penggalan Kisah Lama

July 15, 2006

Beberapa waktu lalu tiba-tiba saya teringat akan kejadian-kejadian di masa kanak-kanak yang belum bisa hilang dari memori. Sambil mendengarkan lagu Penggalan Kisah Lama-nya Laluna, menulis beberapa hal yang tak terlupakan itu.

Umur 5 tahun, saat itu masih duduk di bangku TK. Berjalan pulang setelah jam belajar selesai. Beberapa ratus meter sebelum tiba di rumah, seekor anjing besar dengan gonggongannya mengejar saya. Sudah pasti saya berlari tunggang-langgang sambil menangis histeris. Hampir seluruh barang bawaan seperti tas ransel dan botol minuman saya buang sambil berlari sekencang-kencangnya.

Umur 6 tahun, menginjak kelas 1 SD. Ngambek hebat ketika tidak mau sekolah dan ingin ikut ibu ke pasar. Sampai diantar ke sekolah dan diberi uang jajan lebih pun tetap memaksa untuk ke pasar. Lucunya, hampir semua guru pun ikut turun tangan untuk membujuk agar saya mau masuk kelas. Akhirnya, hanya mendapat hukuman kurungan dalam kamar sehari penuh.

Kelas 2 SD, pertama kalinya mendapat rangking 1 di sekolah. Sebelumnya hanya selalu diurutan 2.

Sekitar kelas 3 SD, mengikuti plonco yang diadakan ‘gang‘ rumahan untuk manjadi anggota. Sekitar pukul 8 malam, digiring para senior untuk memasuki ruang gelap yang telah dipersiapkan sebelumnya. Di ruang itu, saya ditinggal sendiri. Hanya diberi satu kursi untuk duduk dan siap menerima ujian mental. Hampir seperti rumah hantu, di ruangan itu tiba-tiba banyak gerakan dan suara aneh yang sangat menakutkan. Ingin rasanya lari dan menjerit. Namun mengingat waktu itu membutuhkan pengakuan dari anggota gang, maka saya memberanikan diri untuk tetap duduk di bangku itu. Syukur, setelah 15 menit lampu pun menyala. Sorakan selamat dari para senior mengakui saya bagian dari ‘gang‘ itu.

Memasuki tahun ajaran baru di kelas 4 SD, masuk anak baru pindahan dari sekolah lain. Seorang gadis putih dengan muka oriental. Ah, indahnya bila sedang merasa ‘suka’ dengan lawan jenis. 😉

Diakhir kelas 5 SD, pertama kalinya mempunyai gadget. Sebuah gamewatch kapal selam seharga Rp 35.ooo rupiah. Sayang, untuk mendapatkannya saya harus melakukan khitanan dulu. Setelah obat biusnya hilang, perih euy!

Penghujung masa sekolah dasar, menikmati permainan anak-anak di bulan puasa yang bernama ‘Dor Nama”. Salah satu permainan favorit dari sederet permainan anak-anak lainnya. Jam mainnnya biasa dimulai setelah sahur selasai. Dengan membagi dua team, masing-masing harus mencari musuh yang menyebar di seantero kampung. Siapa yang melihat musuh, harus cepat menyebut ‘dor’ dan diikuti namanya. Sang korban yang telah disebut namanya akan mati layaknya tertembak musuh.

[BUKAN] GILA BOLA

July 2, 2006

PenontonPiala dunia yang sudah dimulai sejak pertengahan Juni lalu -akh, basbang baru dibahas sekarang-, membuat rasa ingin nonton pertandingan sepak bola keluar lagi. Padahal, lebih dari dua tahun ini saya tidak pernah lagi menonton pertandingan sepakbola. Baik luar maupun dalam negeri.

Sebelum Piala Eropa dua tahun lalu, saya termasuk orang yang senang menyaksikan pertandingan olahraga yang satu ini. Apalagi bila waktunya Liga Italia berlaga. Pasti saat itu sudah nongkrong di depan TV minimal 15 menit sebelum pertandingan dimulai. Belum lagi bila yang akan bertanding adalah club-club favorit seperti Juventus, Intermilan, atau AC Milan. Sampai pagi pun, pasti saya lakoni untuk menontonnya.

Belakangan, kegemaran menonton sepakbola hampir pupus sama sekali. Menyaksikan dua team dalam satu babak saja sudah terasa lama dan membosankan. Apalagi bila tidak ada satu gol pun tercipta. Pasti langsung pindah channel.
(more…)